Jika sedang
berjalan-jalan ke daerah Bogor, maka cobalah main-main ke tempat ini. Pemilihan
nama Rumah Salak ini bukan dikarenakan tempat ini menjual buah salak namun
dikarenakan lokasinya yang berada di Jalan Salak No.30. Restaurant ini, buka
dari jam 11 pagi – jam 11 malam dan memiliki kapasitas untuk menampung 60-70
orang. Pada mulanya tempat ini ingin diperuntukan
sebagai family restaurant, namun sang owner memiliki pertimbangan bahwa di
Bogor, family restaurant harus memiliki attraction yang berbeda seperti taman
atau setidaknya taman bermain untuk anak-anak. Oleh karena itu, sang owner
melihat bahwa terdapat opportunities jika tempat ini dibawa menjadi sebuah
hangout bersama teman-teman atau meeting point bagi para komunitas. Dalam
proses pembangunannya, sang manager mengaku bahwa bagi target marketnya,
kenikmatan dan kualitas makanan bukan lagi menjadi suatu value yang lebih
melainkan suatu keharusan bagi sebuah tempat yang ingin bermain di bidang food
and beverage. Oleh karena itu, Rumah salak ingin menawarkan hal yang berbeda
dari restaurant atau café pada umumnya. Rumah Salak mencoba mengambil inspirasi
dari café-café eropa dimana mereka menawarkan ambience yang santai, tenang, dan
tidak terlalu crowded. Meskipun melakukan benchmarking ke café-café di daerah
eropa, Rumah Salak tetap memiliki tujuan untuk meningkatkan makanan-makanan
Indonesia.


Berawal dari
ide ini, Rumah Salak mulai menambah tennantnya sedikit demi sedikit yaitu Resto
Salak, Ordinary, Time Hit Coffee, Sosis Bakar, dan Barbershop. Rumah Salak
lebih mengangkat konsep Homey dan Private. Hal ini dapat terlihat dari
pembentukan layout yang dimiliki oleh rumah salak. Rumah Salak menempatkan
berbagai tempat duduk yang nyaman didaerah teras, sehingga perasaan nyaman dan
homey dapat dirasakan oleh konsumennya. Dimana konsumen dapat duduk-duduk
sambil hangout bersama teman-temannya. Namun, bukan hanya itu, menurut salah
satu owner Ordinary, Ia juga ingin menyampaikan pesan bahwa dengan berkunjung
ke rumah salak konsumennya dapat menemukan ide-ide baru dan dapat terinspirasi
oleh suasana yang ditawarkan mereka. Hal ini juga nampak pada taglinenya yaitu
“Get a drink for greet a great things.”
Menurut
sang manager, baiknya kualitas dari makan dan minuman serta service yang
diberikan di rumah salak sudah harus menjadi syarat paling utama yang memang
harus ada, sehingga kualitas makanan tidak lagi menjadi focus utama yang
ditawarkan melainkan suatu kewajiban dan keharusan bagi rumah salak untuk
memberikan service dengan kualitas yang baik. Selain
value yang berbeda dari restaurant-restaurant lainnya, Ordinary juga memiliki
everyday 10% diskon dimana syarat yang ditentukan adalah pada hari senin-rabu
merupakan student day sehingga setiap siswa atau mahasiswa yang memberikan ID
Cardnya pada saat pembayaran maka akan diberikan diskon sebesar 10%, pada hari
kamis merupakan ladies day, jumat merupakan batik day, sabtu merupakan couple
day dan minggu merupakan family day. Promo-promo ini disosialisasikannya
melalui account social media Instagram, Twitter, dan Path dengan ID:
OrdinaryBC.
Bukan hanya
diskon yang diberikan Rumah Salak untuk menarik konsumennya, namun mereka juga
menawarkan Movie Night setiap hari dari pukul 19.30 – 21.30. Dimana mereka akan
memutarkan bermacam-macam film ditahun 2000an. Dikarenakan target utamanya yang
adalah komunitas, maka Rumah Salak mecoba memasuki pasarnya dengan menetapkan
sistem connecting the door. Dimana setiap orang atau tenant di rumah salak
dapat saling bantu membantu dalam memberikan link-link mereka untuk komunitas.
Dalam proses peng-approach-an, rumah salak mencoba menawarkan pemberikan space
untuk meeting point dan diskon yang diberikan khusus oleh para anggota
komunitas tersebut.
Dari segi
konsumen, Kak Adini menyatakan bahwa kunjungannya adalah kunjungan pertama ke
Rumah Salak. Ia mengaku bahwa sejujurnya mengunjungi tempat ini karena rasa
penasarannya karena sering melihat tempat ini ramai dikunjungi konsumen. Menurutnya
suasana Rumah Salak memberikan pelayanan sangat ramah dan nyaman. Dikarenakan
ketika berkunjung kesana, Kak Adini, waiterpun tidak cepat-cepat mengangkat piring
atau gelas kosong ketika habis sehingga Kak Adini merasa tidak merasa
dikejar-kejar oleh pelayan untuk cepat menyelesaikan makanannya atau melakukan
order lagi. Hal inilah yang membuat Kak Adini merasa suasana yang ada disini
sangat nyaman sehingga ingin menghabiskan waktu lebih lama.